Apa Itu B2B? Ketahui 4 Manfaatnya untuk UMKM

Apa itu B2B? Pernahkah kamu mendengar istilah ini? Dalam dunia bisnis yang terus berkembang, istilah ini makin menjadi sorotan, terutama bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). 

Selama ini, UMKM sering menghadapi tantangan besar, termasuk kendala biaya produksi dan waktu yang terbatas. Namun, B2B muncul sebagai solusi cerdas untuk mengatasi hambatan ini. 

Artikel ini akan membahas secara terperinci mengenai apa itu B2B dan bagaimana UMKM dapat menggali potensi penuhnya untuk memotong biaya produksi, meningkatkan efisiensi waktu, hingga membuka peluang strategis. Jadi, kamu dapat membawa kemajuan signifikan bagi perkembangan bisnismu.

Apa Itu B2B?

apa itu B2B
Pengertian B2B (sumber: Freepik.com/rawpixel-com).

Sebelum membahas lebih jauh mengenai apa itu B2B, mari kita ketahui pengertiannya terlebih dahulu. Seperti yang sudah kita ketahui, B2B adalah singkatan dari business-to-business.

Menurut Shopify, B2B adalah jenis transaksi yang terjadi antara dua bisnis, seperti antara produsen dan grosir, atau antara grosir dan pengecer. 

Transaksi antarbisnis biasanya melibatkan barang dan jasa yang membantu satu bisnis untuk beroperasi. Contohnya termasuk bahan baku untuk produksi, komponen untuk perakitan produk, serta jasa seperti periklanan atau konsultasi.

Contoh B2B

Ada banyak perusahaan B2B, termasuk di negara kita. Contoh B2B di Indonesia, terutama di bidang e-commerce sudah banyak. Ada Ralali, Bhinneka, Monotaro, dan sebagainya.

Biasanya, perusahaan B2B berkaitan dengan kegiatan pemasok bahan baku, distributor, dan sebagainya. Dengan meningkatnya penggunaan teknologi digital, model bisnis B2B juga ikut berkembang.

Kini, kita mengenal bisnis SaaS (software as a service), salah satunya e-commerce enabler yang membantu UMKM agar go digital.

Nah, setelah mengetahui apa itu B2B, mari kita pelajari contoh-contohnya. Yuk, kita lihat daftarnya di bawah ini.

1. Supplier Bahan Baku

Dalam dunia bisnis, pemasok atau supplier adalah entitas yang menyediakan barang atau jasa yang diperlukan oleh perusahaan lain. Mereka merupakan bagian penting dari rantai pasokan yang memastikan ketersediaan produk dalam jumlah besar.

Pemasok dapat memproduksi barang mereka sendiri atau berperan sebagai distributor yang membeli dari produsen dan mendistribusikan produk kepada bisnis lainnya.

2. White Label

Produk white label dijual oleh pengecer dengan merek dan logo mereka sendiri, tetapi sebenarnya diproduksi oleh pihak ketiga. Jadi, model bisnis ini juga termasuk B2B.

Proses white labeling terjadi ketika produsen menggunakan merek yang diminta oleh penjual atau pemasar, bukan merek mereka sendiri. Hasil akhir terlihat seolah-olah telah diproduksi oleh penjual.

3. Maklon

Maklon adalah praktik perusahaan manufaktur memproduksi produk dengan menggunakan merek dari pihak lain. 

Dengan maklon, pemilik merek dapat mengontrak pihak lain untuk merancang, mengembangkan, dan memproduksi produk dengan merek mereka sendiri.

Contoh sederhananya adalah merek kosmetik atau skin care. Ada begitu banyak merek kosmetik di pasaran, tetapi tidak semua merek itu punya pabrik sendiri untuk produksi.

Banyak merek kosmetik yang menggunakan jasa maklon untuk produksi karena minim modal untuk membeli alat dan mesin. Namun “resep” atau komposisi produk tetap dimiliki oleh pemilik merek.

4. Jasa Dropship

Dropshipping adalah opsi pemenuhan pesanan yang memungkinkan bisnis e-commerce untuk mengalihkan proses pengadaan, penyimpanan, dan pengiriman produk kepada pihak ketiga, biasanya pemasok.

Menurut Amazon, model usaha ini umumnya menarik bagi para pelaku usaha yang mencari efisiensi dan biaya overhead rendah.

Sebagai pelaku usaha yang melakukan dropshipping, kita tidak perlu punya gudang untuk menyimpan stok barang. Kita hanya perlu melakukan pemasaran. Jika ada pesanan, kita akan berkoordinasi dengan jasa dropshipper, kemudian barang akan langsung dikirim ke alamat pelanggan kita.

Pelajari lebih lanjut tentang dropship dan cara kerjanya di sini.

5. Agensi

Model bisnis agensi melibatkan pembentukan tim ahli yang dapat menyelesaikan masalah klien. Agensi tidak menjual produk, melainkan menyediakan layanan dan mematok biaya atas jasa tersebut.

Dalam konteks B2B, klien menyewa jasa agensi untuk menyelesaikan pekerjaan atau kegiatan yang bukan core business mereka. Jasa yang ditawarkan, biasanya seperti pemasaran, periklanan, digital marketing, branding, dan sebagainya.

Misalnya, kita punya usaha restoran. Kegiatan utama bisnis kita tentunya seputar dapur dan pelayanan kepada pelanggan.

Suatu hari kita mau memasarkan restoran secara digital, tetapi tidak tahu harus mulai dari mana karena digital marketing bukan core business kita. Nah, menyewa jasa agensi digital marketing bisa jadi jalan keluarnya.

Karakteristik B2B

apa itu B2B, pelanggan B2B yang sedang mempertimbangkan pembelian
Transaksi B2B butuh pertimbangan matang (sumber: Freepik.com/katemangostar)

Nah, setelah mengetahui apa itu B2B dan contohnya, mari kita pelajari juga bagaimana karakteristiknya.

Ada beberapa karakteristik khas dari B2B yang membedakannya dari tipe perusahaan lainnya. Yang paling terlihat, yaitu dari karakteristik konsumennya. Berikut ini penjelasannya.

1. Pasar B2B Lebih Kompleks

Salah satu karakteristik B2B yang paling terlihat, yaitu sifatnya yang kompleks. Dalam transaksi, pembeli cenderung membuat keputusan pembelian yang lebih kompleks.

Hal ini karena pembelian dilakukan bukan untuk pribadi, melainkan untuk keberlangsungan perusahaan yang menjadi pembeli.

Sebelum transaksi terjadi, harus ada pertimbangan dan persetujuan dahulu dari sejumlah divisi terkait. Hal ini juga termasuk konsultasi dengan konsultan sebelum melakukan pembelian.

2. Pembeli B2B Lebih Rasional dan Demanding

Karena membeli barang atau jasa atas nama perusahaan, para konsumen B2B didorong untuk bisa membuat keputusan tepat. Alhasil, mereka cenderung lebih rasional dan demanding dalam membuat keputusan pembelian.

Mereka cenderung lebih kritis dan teliti dalam memeriksa penawaran harga dari perusahaan penyedia barang atau jasa. Jika pembeli merasa membayar lebih dari jumlah yang seharusnya dibayarkan, pembeli cenderung menuntut lebih banyak.

3. Pasar B2B Mengutamakan Kebutuhan sebagai Pertimbangan Utama

Menurut MAP E-Ticaret, perilaku tidak menjadi faktor utama pasar B2B melakukan transaksi. Mereka lebih fokus pada faktor kebutuhan. 

Perilaku yang dimaksud di sini, yaitu alasan membeli sesuatu bisa karena impulsif (dorongan sesaat), emosi, memiliki selera tertentu, dan sebagainya. Ini biasa terjadi pada konsumen B2C.

Nah, biar makin paham, mari kita gunakan contoh konsumen B2B yang mengutamakan kebutuhan sebagai pertimbangan transaksinya.

Misalnya, seorang konsumen B2B yang memproduksi kaos, harus melakukan pembelian bahan baku. Tentunya ada hitungan bisnis yang harus ia lakukan sebelum transaksi, tidak berdasarkan selera semata.

Mulai dari memikirkan perencanaan produksi kaos, kualitas kain, biaya pengiriman dalam jumlah besar, dan sebagainya. Semua itu dihitung berdasarkan kebutuhan untuk produksi kaos.

4. Konsumen B2B adalah Pembeli Jangka Panjang

Pada umumnya, konsumen B2B adalah pembeli langganan dan dalam jangka panjang. Jadi, perusahaan B2B perlu menjaga hubungan baik dengan para konsumennya.

Hal ini berbeda dengan konsumen B2C yang cenderung membeli produk sekali saja. Dalam B2B terdapat keterikatan jangka panjang dan pelanggan cenderung loyal.

5. B2B Tidak Terlalu Mengutamakan Kemasan

Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya, pada B2C perilaku pembelian konsumen didasari oleh perilaku, berbeda dengan B2B yang lebih rasional dan berbasis kebutuhan.

Oleh karena itu, aspek kemasan sangat penting bagi B2C. Hal ini karena kemasan punya pengaruh juga terhadap psikologis konsumen hingga akhirnya terjadi transaksi.

Dalam B2B, kualitas teknis produk jauh lebih diutamakan ketimbang kriteria kemasan. Fungsionalitas menjadi yang terdepan.

Perbedaan B2B dan B2C

Dari penjelasan mengenai kriteria B2B tadi, pasti kamu sudah melihat B2C beberapa kali disebut-sebut sebagai perbandingan. Kita bisa lebih memahami apa itu B2B jika bisa membedakannya dengan B2C.

Perbedaan mendasar di antara keduanya, yaitu soal siapa yang menjadi pembelinya. Jika B2B pembelinya adalah badan usaha lagi, maka B2C pembelinya adalah individu atau masyarakat pada umumnya.

Mari kita pelajari lebih jauh perbedaan B2B dan B2C dalam tabel perbandingan berikut ini.

B2BB2C
B2B fokus pada penjualan produk atau layanan kepada bisnis lain.B2C fokus pada penjualan produk atau layanan kepada konsumen individu.
Penjualan B2B memerlukan pemahaman mendalam tentang industri atau pasar tertentu.Penjualan B2C fokus menjangkau pasar konsumen yang lebih luas.
Proses penjualan B2B cenderung lebih lama dan kompleks, karena melibatkan banyak pemangku kepentingan dan negosiasi.Proses penjualan B2C lebih singkat dan sederhana. Jadi, konsumen dapat mengambil keputusan pembelian dengan cepat.
B2B memerlukan konten yang lebih teknis dan detail, seperti spesifikasi produk, studi kasus, dan white paper.Konten B2C lebih fokus pada daya tarik emosional dan branding gaya hidup untuk menarik perhatian konsumen.
Siklus penjualan B2B cenderung lebih lama, bisa memakan waktu beberapa minggu, bulan, bahkan tahunan. Siklus penjualan B2C biasanya lebih pendek, karena konsumen dapat mengambil keputusan pembelian dengan cepat.
B2B biasanya melibatkan kontrak yang berkelanjutan, karena target bisnis sering kali perlu membeli produk atau layanan secara berkala.B2C sering kali merupakan transaksi satu kali. Konsumen yang sudah membeli, ada kemungkinan tidak membeli lagi.
Keputusan pembelian dari pelanggan B2B, sering kali dibuat oleh tim atau komite.Konsumen individu pada B2C merupakan satu-satunya pengambil keputusan.

Manfaatnya untuk UMKM

apa itu B2B dan manfaatnya bagi UMKM
Beragam manfaat B2B bagi UMKM (sumber: Freepik.com/our-team).

Setelah memahami apa itu B2B, mari kita pelajari manfaatnya bagi UMKM. Mungkin kamu bertanya-tanya, apa keuntungan bekerja sama dengan B2B? Termasuk bagaimana manfaat B2B baik bagi penjual maupun pembeli.

Kalau kamu sudah punya atau baru merintis usaha, tentunya kamu bakal banyak berurusan dengan usaha jenis B2B. Misalnya, kalau jualan makanan, dari mana kamu akan menyediakan kemasan dan alat makannya? 

Nah, kamu butuh kerja sama dalam jangka panjang dengan usaha yang menyediakan kemasan dan sebagainya itu. Karena UMKM erat juga kaitannya dengan jenis usaha ini, yuk kita cek apa saja manfaat B2B bagi UMKM.

1. Hemat Biaya Produksi

Bagi UMKM, menghadapi tantangan biaya produksi merupakan salah satu hal yang tidak bisa dihindari. Dalam hal ini, bekerja sama dengan B2B dapat menjadi strategi pintar untuk mengatasi kendala ini. 

Dengan mengandalkan jasa B2B, kamu tidak perlu menyediakan sendiri semua bahan baku yang dibutuhkan untuk produksi. Kamu tentunya bisa memangkas pengeluaran secara signifikan.

Misalnya, kamu membutuhkan kemasan makanan untuk usaha kulinermu. Ketimbang membeli kotak atau boks makan tanpa merek, kamu bisa memesan kemasan ke jasa percetakan dengan logo usahamu sudah dicetak di permukaannya.

Ini bisa menghemat waktu dan biaya produksi jika kamu ingin mencantumkan logo tanpa perlu menempelkan stiker.

2. Memperpendek Proses Produksi

Waktu adalah aspek krusial dalam dunia bisnis, kita sering kali harus bersaing dengan waktu untuk memenuhi permintaan pelanggan. Dengan bekerja sama secara aktif dengan mitra B2B, kamu dapat memperpendek proses produksi secara signifikan. 

Pemenuhan pesanan lebih cepat tidak hanya meningkatkan kepuasan pelanggan, tetapi juga memungkinkanmu untuk mengoptimalkan kapasitas produksi.

Contohnya, kamu menggunakan jasa white label atau maklon dalam menjalankan usahamu. Ini tentu memotong proses produksi.

3. Bisa Fokus pada Strategi Pemasaran

Salah satu manfaat paling menonjol dari bekerja sama dengan B2B, yaitu kamu bisa lebih fokus pada strategi pemasaran. Misalnya, dengan memilih model bisnis dropship, kamu dapat mengefisienkan proses bisnis dengan tidak perlu menyimpan stok barang. 

Ini memberikanmu keleluasaan untuk memusatkan perhatian pada pengembangan strategi pemasaran yang lebih kuat. Dengan memercayakan proses pengiriman dan manajemen inventaris pada mitra B2B, kamu dapat merancang kampanye pemasaran yang lebih kreatif dan efektif.

4. Bisa Fokus pada Produksi

Jika sebelumnya dikatakan jasa B2B bisa membantu kita untuk membuat produksi jadi lebih efisien, sebaliknya kemitraan dengan B2B juga bisa membuatmu fokus pada produksi.

Bagi UMKM yang berfokus pada produksi, bekerja sama dengan usaha agensi di bidang agensi dapat menjadi pilihan cerdas. Dengan mendayagunakan jasa agensi, kamu dapat menyalurkan energi dan sumber daya sepenuhnya pada proses produksi.

Jika aspek produksi jadi hal yang paling utama dalam usahamu, tentunya kamu tidak punya banyak waktu untuk mengurus strategi pemasaran dan promosi. Nah, kamu bisa memanfaatkan jasa agensi digital marketing, misalnya, jika kamu ingin meningkatkan penjualan secara online.


Itu dia penjelasan mengenai apa itu B2B. Mulai dari pengertian, contoh, karakteristik, hingga perbedaannya dengan B2C. Tak lupa juga apa saja manfaat bermitra dengan B2B bagi UMKM. Semoga informasi ini bermanfaat!

Cerita Lainnya

Artikel Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *