Pesan satu paket chicken katsu dengan level pedas seharga Rp25.000 di HitnBite kirain cukup buat mengganjal perut saja di kala lapar. Begitu datang dan dibuka kemasannya, ternyata bikin perut kenyang, pake banget!
Rasanya juga enak, enggak kalah kayak menu serupa yang disajikan di restoran-restoran besar. Porsinya memang bikin kenyang, tidak seperti yang disajikan restoran-restoran lain.
HitnBite sengaja menyajikan menu makanan yang dibuatnya kepada konsumen dengan porsi mengenyangkan. Namun rasanya enak dengan harga yang enggak mahal-mahal banget.
Untuk satu porsi ayam goreng, harga Rp25.000 enggak bikin dompet bolong! Filosofi inilah yang terus dipegang oleh Anggie Perwitasari, pemilik HitnBite sejak awal membuka warung dagangannya pada 2018.
Terus berusaha menghadirkan inovasi usaha kulinernya, HitnBite punya banyak mimpi ke depannya. HitnBite bisa dipesan untuk area sekitar Jakarta dan Bekasi, bisa ditemukan dalam kanal pemesanan online makanan seperti GoFood, GrabFood, dan ShopeeFood.
Yuk, simak kiprah Anggie dan usahanya di bawah ini! Siapa tahu para Pejuang UMKM bisa petik ilmu dan inspirasi dari bisnis kecil kulinernya.
Dari Sambal ke Ayam
htmlHitnBite didirikan Anggie pada 2018. Hobi memasak sedari dahulu memang disenanginya. Makanya, sebelum memutuskan pilih jualan ayam sebagai sajian utama dagangannya, Anggie banyak riset dari media sosial, seperti YouTube atau yang lain.
Pilihannya jatuh untuk menyajikan ayam goreng dengan level pedas sesuai pesanan konsumen. Ia pun coba membuat dua menu utama: Chicken Original dan Chicken Katsu. Hasil makanannya ia coba tawarkan kepada keluarga dan teman-teman untuk cicipi. “Mereka pada bilang enak dan suka,” ucap Anggie.
Sambutan positif soal rasa masakan ayamnya ini yang membuat Anggie pede jualan. Apalagi suaminya, Guntur, yang saat itu masih menjadi kekasihnya, ikut mendukung dan mendorong dirinya untuk coba jualan.
Memulai usaha menyajikan makanan ayam ini diakui Anggie tak memerlukan modal banyak. “Mungkin sekitar Rp500.000. Itu buat beli ayam paling banyak,” katanya.
Dalam sebulan, pembelian ayam 6 kg bisa dua kali dilakukan. Harga ayam sekitar Rp300.000. Bahan lain yang ia beli, yaitu beras sekitar 5-10 kg untuk stok sebulan hingga dua bulan. Lainnya, yakni kemasan dan bumbu-bumbuan.
Untuk modal awal buka usaha kuliner, diakui Anggi berasal dari uang jajan dan tabungan yang disisihkan. Adapun semua proses pengerjaan pesanan dilakukan Anggie di rumahnya di bilangan Cakung, Jakarta Timur.
Sebelum Anggie jualan ayam sebagai menu utama dagangannya, sekitar setahun ia pernah jualan aneka sambal yang dikemas dalam wadah toples ukuran kecil. “Capek ngulek bikin sambal, makanya yang sambal enggak dilanjutin,” ujarnya ketika diwawancarai Cerita UMKM, Rabu, 31 Januari 2024.
Soal jualan sambal ini, Anggie mengaku sebenarnya untung. Hanya saja karena semua penyajian makanan yang dijual ia kerjakan sendiri, jualan sambal tak lagi ia lakoni.
Tertarik Lihat Kakak Jualan
Anggie mengaku, minat jualannya terbit setelah melihat kakak keduanya, Kirana Kusumaningrum, sukses jualan camilan risol. Kirana jualan risol aneka variasi isian sejak 2016 lewat nama Madam.Risol yang didagangkan lewat pesan langsung via WhatsApp maupun melalui GrabFood, GoFood, dan Tokopedia.
Usaha kecil yang dijalankan Kirana lumayan laris dan makin dikenal banyak orang karena rasanya yang enak. Kesuksesan usaha kakaknya inilah yang mendorong Anggie ingin coba jualan juga.
Ia melakukan ATM (amati, tiru, dan modifikasi) pada usaha kuliner kakaknya itu. Jika Kirana jualan panganan ringan berupa risol, dirinya semangat jualan menu ayam yang mengenyangkan.
Bisnis kakak beradik ini masih terus berjalan hingga sekarang, lho!
Enggak Nyaman Kerja Kantoran
Lulusan Politeknik Pariwisata NHI Bandung ini, sebelum terjun buka usaha kuliner sendiri, sempat bekerja di dua tempat. Pertama, jadi telemarketing di TransVision selama kurang dari setahun. Selepas itu, Anggie lanjut jadi admin marketing di Bank MNC milik taipan Hary Tanoesoedibjo selama satu bulan.
“Cuma bertahan satu bulan dan kena PHK karena perusahaan enggak lagi butuh posisi admin marketing,” Anggie berujar. Setelah itu, ia tak mencoba apply kerjaan lagi ke perusahaan mana pun. Saat coba-coba kerja kantoran, usianya sekitar 25 hingga 26 tahun.
Selain itu, Anggie juga merasa tidak cocok kerja kantoran. “Mungkin karena gue orangnya enggak suka diatur-atur ya, lebih suka ngerjain sendiri,” akunya.
Makanya, punya hobi memasak dan melihat kakaknya yang sukses buka usaha sendiri, mendorong Anggie coba merintis bisnis kuliner kecil-kecilannya.
Pesanan via Online Hingga Pakai Jasa Influencer
htmlAnggie mengatakan HitnBite sudah didaftarkan di aplikasi GoFood dan GrabFood sejak 2018. Masyarakat bisa memesan aneka menu ayam lewat kedua aplikasi tersebut. Tak hanya, memasarkan lewat aplikasi, HitnBite juga pernah coba pakai jasa influencer, lho!
1. Pesan Lewat Aplikasi
Untuk memasarkan HitnBite, Anggie menggunakan jalur pesan online dan WhatsApp. Sama seperti Madam.Risol, HitnBite mendaftarkan warung online-nya ke GoFood dan GrabFood sejak pertama buka pada 2018.
Adapun usaha kuliner ini baru daftar ke ShopeeFood pada 2021. Itu pun saat Anggie pindah rumah setelah menikah.
Kalau sebelumnya HitnBite bisa dicari lewat aplikasi di sekitar Cakung, kini tempat dan pelayanan pesanan ikut pindah ke Bekasi, tepatnya di Jalan Bahagia II, Blok E, Perumahan Margahayu Jaya, Bekasi Timur.
Memasarkan HitnBite lewat aplikasi online memudahkan masyarakat lebih tahu menu apa saja yang dijual. Anggie pun makin terbantu mengelola pesanan makanan yang datang lewat online. Maklum, semua pesanan yang datang ia lakukan seorang diri.
Meski HitnBite sudah tersedia di tiga aplikasi, diakui Anggie tak memberinya banyak keuntungan. “Taruh di online itu untung, cuma [penjual] harus pinter-pinter ngakalin baik porsi atau harganya. Soalnya lewat online itu kita kena charge 20% dari tiap penjualan makanan,” tuturnya.
Untuk mengakali hal ini, penjual biasanya menaikkan harga di aplikasi. Misalnya, jika satu paket Chicken Katsu yang dijual Anggie dihargai Rp25.000 saat pesan langsung, ia kenakan harga satu porsi Rp27.000 untuk dijual lewat aplikasi.
Soal berapa keuntungan yang HitnBite dapatkan untuk satu porsi pesanan yang datang, Anggie mengaku dirinya bisa ambil untung Rp5.000. Rata-rata pesanan yang datang padanya per hari bisa sekitar 50 porsi. “Yah, cukup buat jajan harian gue, lah!” ucapnya.
Soal profit jualan di Cakung dan Bekasi, Anggie menjawab ada dua perbedaannya. Jika HitnBite dahulu masih berlokasi di Cakung, sudah banyak orang yang tahu dan pesan. Apalagi, Anggie memulai usaha di rumah dengan lingkungan orang-orang yang sudah banyak ia kenal. Selain itu, banyak temannya yang tinggal sekitar sana.
“Kalau di sini [Bekasi], karena masih baru ya, jadi belum banyak pelanggan kayak di Cakung. Di sini sudah mulai ada pelanggan dan terus order,” akunya.
2. Kurang Nendang Pakai Influencer
Di era digital yang makin berkembang, teknik pemasaran pun juga ikut beradaptasi. Salah satunya mencuatnya peran para influencer dan selebgram. Para influencer ini bisa diajak kerja sama untuk memasarkan produk dagangan kita, lho, para Pejuang UMKM!
Hal ini pernah dicoba oleh HitnBite saat awal-awal pembukaan tokonya. Anggie cerita, ia pernah follow akun Instagram salah satu inflencer. “Saat itu, dia lagi buka free buat pasarin produk. Gue coba DM (direct message) dan dibales sama orangnya,” kenang Anggie.
Kemudian, sang influencer diminta untuk kirimkan makanan ke tempatnya yang saat itu ada di bilangan Jatibening, Bekasi. Hasilnya, si influencer ini pun memasarkan HitnBite di akun media sosial pribadinya.
Sayangnya, walaupun ada feedback dan ulasan baik mengenai HitnBite, seperti bertambahnya jumlah followers dan orang yang tanya-tanya, Anggie mengaku hal ini tidak berbanding lurus dengan naiknya jumlah pesanan yang datang menghampiri HitnBite.
“Setelah dipromosiin, jadi banyak akun yang follow dan tanya-tanya mau pesan. Cuma karena usaha gua ini makanan, banyak yang pesan itu lokasinya jauh-jauh kayak di Tangerang. Jadi sama aja bohong. Hahaha…,” ia bercerita.
Hal ini jadi pelajaran bagi Anggie. Makanan yang ia sajikan adalah makanan cepat harus disantap, tidak enak jika disantap saat sudah dingin dan lama. Apalagi, saat itu HitnBite belum ada frozen box buat mengakomodasi pesanan makanan beku yang bisa dikirim ke lokasi jauh.
Baru kemudian dirinya cepat mengembangkan pesanan lauk ayam HitnBite dalam bentuk frozen. Jadi, jika masyarakat yang memesan ayam beku dari HitnBite, tinggal menghangatkannya saja.
“Dulu itu karena gue enggak bisa sediakan yang frozen, tapi sekarang sudah bisa pesan antar kirim agak jauh dalam bentuk frozen. Jadi lauknya beku, nanti tinggal dihangatkan sendiri sama pembeli kalau mau dimakan,” ujarnya.
Filosofi Makan Kenyang, Enak, dan Murah
Anggie cerita, HitnBite pernah ditawari oleh temannya untuk mengisi 200 porsi makanan per hari untuk perjalanan kereta. Sepintas, tawaran tersebut terdengar menggiurkan untuk bisnis kulinernya. Namun tawaran itu urung ia ambil.
“Harus sediain 200 makanan per hari, gue enggak ada tenaganya dan ada potongan 50% yang mereka kenain,” ucapnya.
Jadi, skema tawaran yang diterima HitnBite begini: 200 porsi makanan mesti disediakan oleh HitnBite dengan nilai kontrak sekian rupiah. Sayangnya, nilai kontrak tersebut kena sunat sebesar 50% untuk mereka. “Potongannya gede banget,” keluh Anggie.
Enggak cuma soal potongan yang terlalu besar, Anggie juga emoh kalau harus mengecilkan porsi makanan yang disajikan demi mendapat untung. Ia punya prinsip berdagang makanan: kenyang dan enak. Untuk harga pun dia tidak mau menetapkan harga mahal, cukup terjangkau untuk makanan yang bikin kenyang pembeli.
“Gue pengin brand gue itu bikin kenyang. Enggak suka gue, kasih ke orang porsi yang cimit-cimit. Makanya tawaran itu enggak jadi gue ambil,” kata Anggie. Ya, Anggie dengan HitnBite-nya pegang konsep jual makanan yang penting kenyang, enak, enggak ribet, dan harganya affordable buat semua kalangan.
Inovasi HitnBite & Mimpi Punya Warung Offline
Menginjak 6 tahun berdirinya HitnBite, sudah banyak tambahan menu yang hadir dan dapat dipesan pembeli. Anggie pun punya mimpi untuk terus berinovasi dan punya warung sendiri yang bisa dikunjungi masyarakat.
1. Inovasi Menu
Jika sebelumnya Anggie hanya mengetengahkan pilihan Chicken Original dan Chicken Katsu dengan variasi level pedas, lalu ada roti bakar, kini HitnBite menambah beberapa menu baru.
Menu-menu yang tersedia di HitnBite saat ini:
- Chicken Original (CO): CO polos dan CO Mayo
- Chicken Katsu (CK): CK polos dan CK mayo
- Ayam Kecap Mentega
- Katsu Bite (Kebab Ayam)
- Beef Yakiniku
- Beef Black Paper
Oh, menu roti bakar tak lagi disediakan Anggie. Ia mengaku kerepotan jika harus mengerjakan pesanan ayam dan roti bakar. Padahal, roti bakar termasuk best seller dari HitnBite.
“Enggak kepegang kalau pesanan datang dua-duanya. Apalagi semua dimasak sendiri. Impact-nya, kasihan driver online yang kelamaan nunggu pesanan,” kata Anggie.
Selain menambah varian menu makanan, Anggie juga kepengin menambah menu manis, seperti minuman hasil racikan sendiri dan camilan manis lainnya. Menu makanan dan minuman manis masih ia rasa kurang untuk HitnBite.
2. Impian Punya Tempat Offline
Selama ini membuat pesanan berdasarkan pesanan langsung dari orang-orang terdekat dan pesan online, Anggie punya mimpi suatu hari nanti HitnBite bisa punya tempat sendiri yang bisa dikunjungi orang-orang.
“Kepengin HitnBite punya tempat, entah di ruko atau stand, lah. Biar orang-orang bisa ikut ngeliat menu dan pembuatannya langsung. Jadi pengin punya warung offline juga,” ucap Anggie.
Untuk bisa punya warung offline sendiri, selain butuh sewa tempat, Anggie juga sadar tak bisa kerjakan semua pesanan sendirian. Ia butuh untuk mempekerjakan orang lain untuk membantunya.
Semoga apa yang Anggie cita-citakan bersama HitnBite bisa terlaksana suatu saat nanti, ya!
Nah, itu dia sekelumit perjalanan UMKM kuliner HitnBite yang ada di Bekasi. Kamu bisa tengok Instagram HitnBite untuk tahu lebih dalam.
Bagi kamu, Pejuang UMKM, yang punya usaha dan mau kami buat cerita seperti HitnBite ataupun kisah lain di rubrik Kiprah, bisa, lho, hubungi kami ke sini.